Kenapa Antibiotik Harus Dihabiskan Walaupun Sudah Sembuh? Ini Fakta Medisnya - detik
Kenapa Antibiotik Harus Dihabiskan Walaupun Sudah Sembuh? Ini Fakta Medisnya

Saat mengambil obat antibiotik di apotek, detikers pasti diminta untuk menghabiskannya biarpun sudah sembuh, bukan? Ternyata, hal itu ada alasannya, lo!
Sebelum mengetahui alasannya, kamu harus tahu definisi antibiotik dahulu. Disadur dari Medlineplus, antibiotik adalah obat yang melawan infeksi bakteri dalam tubuh manusia atau hewan. Mereka bekerja membunuh bakteri atau menghambat tumbuh.
Dalam pengobatan, antibiotik dikonsumsi dengan cara diminum lewat mulut alias oral. Bentuknya bisa berupa pil, kapsul, atau cairan. Ada juga antibiotik yang dioleskan ke permukaan kulit, seperti krim, tetes mata, atau salep.
Setelah mengetahui definisinya, mari simak penjelasan mengenai alasan antibiotik harus selalu dihabiskan di bawah ini. Simak sampai selesai, ya, detikers!
Poin Utamanya:
- Antibiotik adalah obat untuk melawan infeksi bakteri. Antibiotik tidak bisa mengatasi infeksi jamur, virus, maupun parasit lain.
- Antibiotik harus dihabiskan sesuai resep dokter guna memastikan infeksi bakteri benar-benar tuntas. Bila tidak habis, resistensi antibiotik pada bakteri mungkin terjadi.
- Ada banyak fakta menarik antibiotik. Di antaranya adalah efek samping antibiotik membunuh bakteri baik dan anjuran konsumsi antibiotik bersama makanan probiotik.
Alasan Antibiotik Harus Dihabiskan Meski Sudah Sembuh
Dilansir laman resmi Rumah Sakit Umum Dr Sardjito, antibiotik harus dihabiskan agar infeksi bakteri benar-benar tuntas hilang. Apabila sebelum habis pengobatan sudah dihentikan, maka infeksi bakteri dapat tiba-tiba kambuh atau muncul lagi.
Tak hanya muncul lagi, bakteri-bakteri itu kemungkinan dapat mengembangkan dirinya sehingga kebal antibiotik. Artinya, efektivitas antibiotik serupa pada sesi pengobatan selanjutnya mungkin menurun. Kondisi ini dikenal dengan istilah resistensi antibiotik.
"Efek resistensi antibiotik bisa berbahaya. Di antaranya penderita bisa terkena penyakit sejenis yang lebih parah, proses penyembuhan sakit di kemudian hari menjadi lebih lama sehingga penyakit menjadi lebih susah disembuhkan," bunyi keterangan dari laman RSU Dr Sardjito, dikutip pada Minggu (19/10/2025).
Jadi, biarpun detikers sudah merasa sembuh, antibiotik tetap perlu dihabiskan. Pasalnya, ada kemungkinan kondisimu memang membaik hanya dalam beberapa hari setelah mulai minum antibiotik.
Namun, hal tersebut bukan berarti infeksi bakteri telah berhenti total. Bakteri penyebab penyakit mungkin masih tersisa dan dapat memicu kambuh. Jika hal ini sampai terjadi, resistensi antibiotik berpotensi muncul.
"Resistensi antibiotik berarti bakteri belajar cara menghindari obat, dan obat tersebut tidak lagi efektif untuk mengobati bakteri. Ini berarti jika Anda sakit lagi di kemudian hari, mengonsumsi antibiotik tersebut mungkin tidak efektif untuk Anda, dan mungkin tidak membantu Anda sembuh," tulis laman Safe Medication.
Fakta Menarik Antibiotik yang Mungkin Tidak Kamu Ketahui
Diringkas dari Health Digest, terdapat sejumlah fakta menarik seputar antibiotik yang mungkin tidak terlalu familier. Berikut poin-poinnya:
1. Antibiotik Pertama Terbuat dari Jamur
Tanpa disengaja, orang-orang Mesir kuno mungkin telah menciptakan penisilin, salah satu tipe antibiotik. Hal ini diketahui lewat sebuah teks kuno yang menunjukkan penggunaan roti berjamur untuk mengobati luka agar tidak terinfeksi.
Baru pada 1928, jamur Penicillium notatum diketahui secara ilmiah mampu membunuh bakteri. Penemuan ini terjadi secara tidak sengaja lewat eksperimen Alexander Fleming yang mengontaminasi kultur bakteri dengan jamur. Dari hasil kontaminasi itu, kultur bakteri Staphylococcus yang dipakai Fleming musnah.
2. Tidak Ada Satu Pun Antibiotik yang Multifungsi
Maksudnya, setiap tipe antibiotik punya target bakteri yang berlainan. Jadi, tidak ada satu pun obat antibiotik yang mampu menghabisi semua jenis bakteri. Contohnya, penisilin dipakai untuk mengatasi infeksi pernapasan, sedangkan sefalosporin mengobati infeksi saluran kemih.
3. Antibiotik Juga Bisa Membunuh Bakteri Baik
Tidak hanya bakteri penyakit, antibiotik punya efek samping membunuh bakteri baik. Kesimpulan ini didapat dari penelitian yang terbit dalam Frontiers in Cellular and Infection Microbiology.
Ringkasnya, berdasar penelitian, usus manusia memiliki sekitar 80% dari semua antibodi yang dibutuhkan untuk melawan infeksi. Nah, ketika bakteri bermanfaat dalam usus terganggu karena kehadiran antibiotik, ketidakseimbangan mikrobioma usus bakal rusak sehingga butuh pemulihan selama kurang lebih 1-2 bulan.
4. Antibiotik Sebaiknya Dikonsumsi Bersama Makanan Probiotik
Mengonsumsi makanan-makanan probiotik, seperti tempe dan yoghurt, dapat memperkecil efek buruk penggunaan antibiotik. Probiotik sendiri adalah mikroorganisme hidup yang memberi manfaat saat dikonsumsi. Hal ini, seperti sudah dijelaskan di atas, disebabkan kemungkinan efek samping antibiotik yang menyebabkan bakteri baik mati.
5. Antibiotik Tidak Bisa Menghentikan Pilek atau Flu
Salah satu kesalahan umum yang masih subur di tengah masyarakat adalah keyakinan bahwa antibiotik bisa membunuh virus, jamur, atau parasit. Faktanya, antibiotik hanya ditujukan untuk mengobati infeksi akibat bakteri.
Oleh karena itu, flu yang disebabkan virus Influenza tidak bisa ditangani oleh antibiotik. Sayangnya, beberapa pihak mungkin terburu-buru meresepkan antibiotik tanpa mengetahui penyebab infeksi sebenarnya. Alhasil, sakit tidak sembuh, tetapi bakteri baik justru terbunuh.
Nah, itulah pembahasan ringkas mengenai alasan antibiotik harus dihabiskan walau tubuh terasa membaik. Semoga menjawab pertanyaan detikers, ya!
Simak Video "Video Cie... ILLIT Ketagihan Manggung di Indonesia"
(par/apu)