Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Kuliner

    Sejarah Jenang dan Gendar Pecel Mbok Samini, Kuliner Legendaris Boyolali Bertahan Puluhan Tahun - Tribunsolo

    5 min read

     

    Sejarah Jenang dan Gendar Pecel Mbok Samini, Kuliner Legendaris Boyolali Bertahan Puluhan Tahun - Tribunsolo.com

    Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono

    TribunSolo.com/Tri Widodo
    KULINER LEGEND BOYOLALI - Gendar pecel yang disajikan di Warung Mbok Samini di pinggir Jalan Boyolali-Tlatar, tepatnya di wilayah Karanggeneng, Senin (12/9/2022). Begini sejarah kuliner legendaris satu ini. 

    TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Sambal pecel selalu punya cita rasa khas yang menggugah selera, apalagi bila disantap bersama gendar atau puli dengan topping sayuran rebus segar.

    Di Boyolali Kota, tepatnya di Karanggeneng, ada warung legendaris yang menyajikan menu pecel unik bernama jenang sum-sum pecel, warung Mbok Samini.

    Lokasinya berjarak 4,6 kilometer dari Alun-alun Kidul Boyolali, bisa ditempuh 10 menit kendaraan bermotor.

    Gendar dan jenang pecel Mbok Samini memiliki ciri khas tersendiri.

    Gendar yang disajikan terasa pulen dan kenyal, dilengkapi dengan sayuran rebus segar seperti bayam, kubis, selada air, dan tauge, serta tambahan mi goreng.

    Semua itu disiram dengan sambal kacang yang menggugah selera, menghasilkan perpaduan rasa gurih, pedas, asin, dan manis yang harmonis.

    Uniknya, jenang sum-sum yang biasanya dikenal sebagai bubur tepung beras yang disajikan dengan juroh (air gula Jawa), di warung ini disajikan dengan sambal pecel.

    Teksturnya yang lembut dan gurih berpadu dengan sayuran rebus dan mi goreng, serta siraman sambal kacang yang memberikan sensasi rasa manis dari jenang dan gurih-pedas dari sambal.

    Warung Mbok Samini: Sejarah dan Pelayanan

    Warung Mbok Samini buka setiap hari pukul 12.00 hingga 15.00, dan selalu dipenuhi antrean pembeli yang ingin menikmati sajian khas ini.

    Banyak yang makan di tempat, ada pula yang membungkus.

    Gendar pecel yang disajikan di Warung Mbok Samini di pinggir Jalan Boyolali-Tlatar, tepatnya di wilayah Karanggeneng, Senin (12/9/2022)
    KULINER BOYOLALI - Gendar pecel yang disajikan di Warung Mbok Samini di pinggir Jalan Boyolali-Tlatar, tepatnya di wilayah Karanggeneng, Senin (12/9/2022) (TribunSolo.com/Tri Widodo)

    Tak lengkap rasanya tanpa meminum rujakan, minuman rempah segar dengan campuran jahe, serai, kayu manis, pandan, dan kelapa muda yang menambah kehangatan dan kesegaran.

    Menurut Mbok Samini, sang pemilik, resep ini sudah bertahan puluhan tahun tanpa perubahan.

    Dia memulai usahanya karena kecintaannya pada gendar pecel, dan kini sang suami, Sumanto, membantunya dalam proses memasak dan berjualan.

    Dalam sehari, Mbok Samini bisa menghabiskan hingga 6 kilogram sambal kacang yang dibuat segar setiap hari sejak dini hari.

    Harga Terjangkau dan Kualitas Terjaga

    Satu porsi gendar dan jenang pecel dijual hanya dengan harga terjangkau tak sampai Rp10 ribu.

    Minuman air putih tersedia gratis bagi pengunjung yang ingin menikmati sajian warung Mbok Samini dengan lebih hemat.

    Selain itu, tersedia juga gorengan tahu kempong yang renyah seharga Rp 1.000.

    Gendar pecel merupakan kuliner populer di Solo Raya yang terdiri dari sayuran tradisional rebus seperti genjer, bunga turi, kacang panjang, bayam, kubis, krokot, kecombrang, petai cina, tauge, dan sawi.

    Sayuran ini disajikan bersama gendar campuran nasi dan bahan yang disebut "uyah bleng" atau boraks kemudian disiram sambal kacang.

    Kuliner ini biasanya disajikan di pinggir jalan dalam bentuk pincuk, yaitu daun pisang atau kertas minyak sebagai alas makanan, bagian dari tradisi Jawa.

    Asal Usul dan Kontroversi Penggunaan Boraks dalam Gendar

    Gendar pecel sudah dikenal sejak abad ke-9, tercatat dalam Kakawin Ramayana dan Babad Tanah Jawi, di mana hidangan pecel dinikmati oleh tokoh-tokoh penting seperti Ki Gede Pamanahan.

    Penggunaan boraks dalam nasi bertujuan mengolah sisa nasi agar tidak terbuang dan memberikan tekstur kenyal khas pada gendar. Namun, boraks adalah natrium tetraborat yang dapat berbahaya jika dikonsumsi berlebihan

     Oleh karena itu, batas maksimal penggunaannya di makanan adalah 1 gram per kilogram bahan.

    Kini, banyak pembuat gendar yang mulai mengganti boraks dengan bahan alternatif seperti sodium tripolifosfat yang lebih aman dan terjangkau, untuk menjaga kesehatan konsumen tanpa mengorbankan cita rasa.

    Komentar
    Additional JS