Korban Meninggal karena Campak di Sumenep Tak Pernah Imunisasi - Kompas
Kesehatan,
Korban Meninggal karena Campak di Sumenep Tak Pernah Imunisasi
/data/photo/2025/05/14/682492c074bc4.jpg)
SUMENEP, KOMPAS.com – Dinas Kesehatan P2KB Kabupaten Sumenep, Jawa Timur menyatakan bahwa empat korban meninggal akibat campak tercatat tidak pernah menjalani imunisasi.
Pernyataan ini disampaikan sebagai koreksi atas informasi sebelumnya yang menyebut bahwa sebagian korban meninggal sempat menerima imunisasi, meskipun tidak lengkap.
Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan P2KB Kabupaten Sumenep, Achmad Syamsuri, mereka tidak pernah melakukan imunisasi.
"Jadi, semua korban yang meninggal itu tidak menjalani imunisasi," kata Syamsuri kepada Kompas.com, Kamis (7/8/2025).
"Kepala" Trump Muncul di Pantai Israel, Minta Netanyahu Akhiri Perang
Baca juga: Kasus Campak di Sumenep Meningkat Capai 800 Orang, Rata-rata Penderita Balita
Syamsuri mengatakan, korban meninggal mayoritas merupakan anak-anak berusia antara satu hingga empat tahun.
"Mayoritas memang masih di bawah balita," ujar dia.
Syamsuri juga mengatakan, penyebaran campak di Sumenep tergolong masif karena virus ini mudah menular melalui kontak langsung maupun udara.
Untuk menekan angka kematian, Dinas Kesehatan P2KB mengimbau masyarakat agar segera memeriksakan anak-anak yang mengalami gejala awal seperti demam dan muncul bintik merah ke puskesmas.
"Harapannya, karena penyebaran ini memang sangat masif, jadi himbauan, yang pertama, untuk anak-anak kita, yang usia pra sekolah dan sekolah, yang sudah ada gejala-gejala demam itu, terus ada sampai keluar bintik merah, sebaiknya segera memeriksakan diri ke puskesmas," ujar Syamsuri.
Jika gejalanya masih ringan dan memungkinkan untuk ditangani, pasien akan diberi pengobatan dan menjalani rawat jalan dengan isolasi mandiri.
"Dan kalau itu memang masih bisa diobati, langsung akan diobati dan rawat jalan dengan isolasi mandiri," ucapnya.
Baca juga: 4 Orang Meninggal Dunia akibat Campak di Sumenep
Syamsuri mengatakan virus campak juga bisa menyebar lewat barang-barang pribadi, sehingga menjaga kebersihan menjadi langkah penting dalam pencegahan.
"Karena memang penyebarannya ini cepat, baik dengan bersentuhan langsung juga bisa menular. Dengan cara ganti pakaian, ganti handuk, ganti sabun, juga bisa menular," ujarnya.
Selain itu, Dinas Kesehatan P2KB mengimbau masyarakat untuk meningkatkan daya tahan tubuh serta menghindari kontak langsung dengan penderita campak.
Bila harus berada di sekitar penderita, masyarakat disarankan untuk menjaga jarak guna menekan risiko penularan.
Sejak Februari hingga akhir Juli 2025, empat penderita campak dilaporkan meninggal dunia.
Korban umumnya meninggal saat dirawat di rumah sakit karena mengalami komplikasi.
“Jika telat dilakukan penanganan bisa berdampak buruk, terlebih jika mengarah pada pneumonia, terus diare,” kata Syamsuri pada Rabu (6/8/2026).
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!Israel Serang Lebanon, Enam Warga Meninggal Dunia